Bencana Menggempur Dapur
[antologi puisi bencana]
berdiri pada senja mengecap hambar
angin menyapa sama menghantar
harum tanah sempoyongan menyebar
dari tungku tua yang dibakar fajar
jalanan licin menggelincirkan kakikaki
aku tersesat jejak atas tapal berdaki
peringatan batu ketika matahari mendaki
menjemput senja dari ketinggian hakiki
liuk
meliuk
sembari menata isyarat
perut pecah terijak jejak yang sesat
angin mengendapendap dari pokok jati
menyergap dan menikam yang lapar hati
burungburung terbang bagai arwah bergaun bayang
sayup melekat cahaya perak bergelanyut di ranting
liuk
meliuk
gontai menunjuk sebab
mata angin pulang melipat lembab
————————————-
-Jakarta; 05-02-2011-
JM