Elegi Pagi















Ketika bayang merangkul tebaran hawa dingin. Lembaran impian melayang, terombangambing di udara tanpa arah. Lelah, membuatnya menepi dan tersangkut pada bintang ke bintang. Ada keluh bibir bertutur duka atas lenyapnya impian semalam. Tentang sisa cerita. Tentang sisa usia. Tentang sisa langkah. Dan tentang keentahan yang nyatakan semua belum tertuntaskan. Seperti ada yang hilang begitu bintang pun turut menghilang. Suram. Lalu mengendap, diintainya di antara ruas jemari, akankah kembali yang telah pergi. Sepertinya peringatan. Bukan terlena mencampakkan kenangan. Dari dalam menghempaskannya menuju luar. Lalu memanggilmanggilnya dengan membacakan sajak. Elegi pagi. Penuh ratapan. Sesal. Tapi tak ada yang bergeming. Masih hening. Dengan keraguan berjingkat menuju kekosongan menghitung detak waktu lekas beringsut menuju malam. Berharap bisa kembali menggenapi ruang mimpi.


————————————
-Jakarta; 19-11-2010-
JM

~ oleh ranahaksara pada November 19, 2010.

Tinggalkan komentar